Sabtu, 11 Maret 2017

Upaya Maria Agus Beni Al Furqan Rekayasa Embrio Tranfer ke Peternak Sapi

Banyak Yang Nolak, Ya Saya Tawari Program Cuma-cuma

Gamang atas penurunan kualitas sapi, Maria Agus Beni Al Furqan mengenalkan teknik embrio tarnfer. Satu satunya ensiminator sapi yang menguasai teknik embrio tranfer di jember ini berpikir, embrio tranfer adalah solusi untuk menciptakan bibit unggul yang lahir dari sapi betina.

DI kalangan peternak sapi yangkerap memanfaatkan ensiminasi buatan, agknya istilah embrio tranfer masih awam dikenal. Berbeda dengan metode ensiminasi buatan lainnya. seperti kawin suntik, yang sudah lama dijadikan alternatif pengembangbiakan sapi betina.

Ensiminasi batan merupakan cara pengembangbiakan dengan cara memasukan sperma ke dalam rahim sapi tanpa pejantan. Proses pemasukan sperma biasanya dilakukan oleh petugas yang disebut dengan ensiminator upaya ini dilakukan untuk menyiasati langka nya sapi pejantan.

Sejak kurun tiga tahun terakhir, seorang ensiminator sekaligus petugas penyuluh, lapangan asal dusun Karangsono. Desa Tanjungrejo, ]Kecamatan Wuluhan yakni Maria AGus Beni Al Farqon, 40 gencar mengenalkan rekayasa eembrioo tranfer kepada para petenak di Wuluhan.

Peternak Cuek dengan Asupan Protein Sapi

Pengenalan itu dilakukannya di sela kegiatan rutin membererikan penyuluhan pada para peternak mandiri dan kelompok ternak yang menjadi binaanya.

Kendati tampaknya seperti hal baru, di Indonesia pola embrio tranfer sebenarnya sudah dikenal sejak 1982, seorang oakar pengembangbiakan  hewan asal Amerika datang dan mengenalkannya kepada penggiat peternak di Indonesia.

Beni merupakan satu-satunya ensiminator di Jember yang mempelajari teknik itu. Sekitar 2013 silam, dia meminta rekomendasi kepada disperikel (Dimas Peri Kanan dan Kelautan) kabupaten jember -- Tempatnya mengabdi -- agar diikuti pelatihan teknik embrio tranfer di balai embrio ternak bogor. Usulannya dikabulkan. Dia mengikuti pelatihan bersama dengan dua puluh ensiminator lainnya dari penjuru indonesia selama kurang lebih setengah bulan.

Ide mengikuti pelatihan embrio tranfer berangkat dari kegalaunnya sebagai petugas penyuluh lapangan. Menurutnya, sejak tahun2000 kualitas sapi milik peternak tradisional kian turu. Banyk sapi yang sama sekali tidak bunting  dalam kurun waktu setahun. "Padahal, dalam setahun normalnya sapi betina mampu melahirkan satu pedet (Anak sapi)," kata beni.

Deteksi dini dari bunting setidaknya sapi betina setelah di kawin suntik adalah dengan memantau siklus birahinya. siklus birahi merupakan rentang waktu sapi betina untuk minta kawin lagi. Sapi betina yang memiliki siklus birahi pendek menujukkan gagalnya upaya pembuahan. sementara yang berhasil baru akan minta kawin lagi setelah rentang hari ke 90 usai perkawinan.

"Saya banyak menemui sapi milik warga yang silkus birahinya pendek memasuki masa 18 hari pasca perkawinan suntik sudah minta kawin lagi," itu jelas gagal pembuahannnya," ujar pria asal Dusun karangsono desa tanjunggrejo kecamatan wuluhan ini.

Yang terjadi kemudian, frukuensi dan kuantitas perkembangbiakan sapi berbanding terbalik dengan kebutuhan sapi pertahun yang kian meningkat. tiap tahun sapi-sapi dari jember diambil dagingnya untuk konsumsi. bahkan ada juga yang  dikirim keluar daerah. beni menangkap fenomena itu sebagi sebuah potensi scarcity alias kelangkaan stok sapi di jember di kemudian hari.

Menurut beni, turunya kualitas sapi betina paling besar disebabkan salahnya pola asuh yang  dilakukan pemiliknay. idealnya, asupan protein perhari yang diberikan pada sapi mesti disesuaikan dengan berat badannya. patoakn yang umum dipaki adalah 40% dari berat badan. "Sayangnya, banayk peternak yang mungkin dengan beragam kesibukannya cuek dengan ketentuan tersebut," tukasnya.

Dia memandang bahwa embrio tranfer merupakan salah satu pendekatan yang bisa digunakan untuk memperbaiki kualitas sapi. karena memang penemuan teknologi itu diarahkan untuk memperbaiki kualitas bibit. dia menunjukannya pada sapi betina milik peternak asal dusun sulak doro desa lojejer kecamatan wuluhan yang sepekan lalu melahirkan .

Sebagai upaya uji coba sekiatr 90 hari sebelumnay, sapi betina itu dikawinkan dengan dua cara dalam waktu hampir bersamaan, denagn kawinsuntik embrio tranfer, dan melahirkan pedet kembar jantan dan betina. pedet jantan hasil dari kawin suntik, sedangkan betina dari embrio tranfer.

"Yang hasil embrio tranfer memiliki ukuran 39 kilogram. yang daeri kawin suntik ukurannya hanya 22 kilogram, padahal pedet jantan," jelaspria yan diakhir 2016 kemarin dinobatkan sebagai ensiminator tersebut nasional itu.

Lebih jauh, beni berkeyakinan saat peternak menyadari pedet itu berkualitas unggul, si peternak akan mengasuhnya dengan cara yang benar. mereka tidak lagi acuh terkait kebutuhan protein yang mesti diberikan pada sapi.

"Kalau mereka tetap tidak peduli setelah mendapat bibit unggul ya eman sekali. protein pada makanan sapi itu sebenarnya bisa diciptakan dengan mudah. kuncinya adalah pola merumput petani. yang benar itu, seklai merumput untuk tuju hari. rumput disimpan pada ruang kedap udara kemudian diberi fermintator agar terjadi fermentasi. sudah itu saja," ujar beni.

Meski demikian, sejauh ini yang menjadi kendala adalah peluang keberhasilan embrio tranfer untuk membuat seekor sapi jadi bunting. teknik tersebut memiliki tingkat keberhasilan yang sangat kecil. dari 60 kasusu penerapan embrio tranfer yang dilakukan beni, hanaya dua saja yang berhasil. bahkan, beni mengaku jika rekan-rekan seangkatannya sesama belajar teknik embrio tranferdi bogor dulu hingga detik ini belum ada yang berhasil melakukan embrio tranfer. "Jadi dua keberhasilan punya saya ini tergolong luar biasa," kata beni sambil bercanda.

Saat ditanya apa yang menyebabkan embrio tranfer jarang berhasil, dia menjelakan lanatarn yang dimasukan ke dalam ovarium sapi betina adalah embrio pasif yang notabene benda asing. kecenderungannya, ovarium akan menolak saat berusaha dimasuki benda hasil dari luar.
Berbeda dengan kawin suntik. kawin suntik memiliki peluang keberhasilan relatif tinggi karena yang dimasukan pada ovarium betian adalah sperma. kendati tergolong benda asing bagi ovarium, akan tetapi sperma bersifat aktif. saat ovarium berusaha menolak, sperma kan tetap berusaha masuk hingga terjadi proses pembuahan.

Atas dasar alasan itu pula, banyak peternak yang menolak jika ditawari embrio tranfer. meski beni memberikan jasa embrio tranfer secara cuma-cuam. umumnya mereka berujar jika pengawinan dengan embrio tranfer akan sia-sia.(was/hdi)
Sumber: Jawa Pos Radar Jember 12 Februari 2017

Disalin Kembali Oleh.(Rs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar