Sabtu, 04 Maret 2017

Potensi Atlet Taekwondo yang mulai Berkembang di Jember

Pertama Kali Ikut Turnamen, Langsung Dapat Emas dan Perak

Predikat Jember sebagai salah satu lumbung atlet di berbagai cabor sepertinya masih bisa di pertanggungjawabkan. Satu per satu cabang olah raga mulai menggeliat dan menunjukan prestasinya. Salah satunya adalah cabor taekwondo.

LINTANG ANIS BENA K, Jember
PADA ajang kejuaraan nasional (kejurnas) taekwondo syang digelar di Malang akhir pekan lalu, Jember mengirimkan sebanyak 36 atlet di berbagai kategori pertandingan. Sebanyak 27 medali perak sukses di sabet oleh para atlet yang didominasi pelajar dan mahasiswa tersebut.

Salah satu medali emas diraih oleh Rivaldi Teguh Muda Santoso, siswa kelas XI IPA 6 SMAN ARjasa yang bertanding di kategori under 58 kilogram. Sosoknya memang tak terlalu besar namun memiliki tinggi yang cukup menjulang. Tak heran jika selama di arena, dirinya mampu tampil prima.

Rivaldi mengaku tinggi badannya inilah yang membawa keuntungan tersendiri. Sebab jangkauan tendangannya terhadap lawan menjadi lebih lebar.

"Rata-rata lawan tingginya masih di bawah saya," ujar atlet yang mengalahkan Noer Inzan Rabani, taekwondoin asal Pamekasan di babak final.

Sosok lain yang juga menunjukkan prestasi memukai adalah Zulqarnain Riyanda, teman sekelas Rivaldi di sekolah yang sama.


Sebelum Taekwondo, Aktif Olahraga Futsal

Zulqarnain mendapatkan medali perak setelah melawan Paradika Rosadi dalam kategori under 54 kilogram.

Rivaldi dan Zulqarnain hanya dua hari puluhan atlet yang berjaya di kejurnas Malang Taekwondo Open. Di balik penampilannya yang spektakuler, ada suatu hal yang cuup mengejutkan. Yakni, keduanya sama-sama baru pertama kali mengikuti even resmi. "Ini adalah kejuaraan pertama yang kami ikuti," ujar Rivaldi.

Rivaldi mengaku baru mengelan taekwondo semenjak duduk di kelas X. Berbeda dengan Zulqarnain, yang sudah menjadi taekwondoin sejak masih SMP. "Saya kenal taekwondo dari kelas IX, waktu masih sekolah di Situbondo," tutur remaja kelahiran 8 April 2000 tersebut.

Waktu itu, bungsu dari tiga bersaudara ini hanya iseng-iseng ingin mencoba taekwondo yang kebetulan menjadi salah satu ekstrakurikuler di sekolahannya. Dalam waktu singkat Zulqarnain langsung jatuh hari dengan olaraga tersebut. "Setelah kembali ke Jember pun saya langsung bergabung dengan dojang atau perguruan taekwondo Mandiri," lanjutnya.

Tak hanya dinikmati sendiri, Zulqarnain yang kemudian bertemu dengan Rivaldi ketika baru masuk SMAN Arjasa, langsung menularkan kecintaannya terhadap taekwondo pada orang lain. Dia mengajak Rivaldi untuk sama-sama terjun dalam olahraga taekwondo.

Padahal, olahraga ini termasuk hal yang baru bagi Rivaldi. Sebelumnya pelajar yang tinggal di daerah Sumbersari ini lebih aktif dalam olahraga futsal. "Dulu sejak SMP seringnya main futsal, cuman setelah masuk SMA kok capek. Akhirnya cari kegiatan lain yang sekiranya nggak terlalu capek," kata Rivaldi.

Pilihannya jatuh pada taekwondo yang dia ketahui dari teman sekelasmu. Dari sanalah Rivaldi banting setir, yang awalnya berkutat dengan bola kini berubah menjadi taekwondo. "Awalnya cuma hobi aja," imbuhnya.

Tak ada alasan khusus mengapa Rivaldi lebih memilih taekwondo dibandingkan olahraga bela diri lainnya. Dirinya hanya melihat peragaan sepintas sebelum akhirnya mengambil jalur sebagai taekwondo. "Ternyata seru juga, sekaligus latihan bela diri," ujarnya sembari tertawa.

Rivaldi dan Zulqarnain juga sama mengikuti latihan di dojang yang sama. Tak heran jika ketika ada informasi turnamen, keduanya langsung memutuskan untuk ikut berlaga. "Ini pertama kalinya ikut lomba, sebelumnya nggak pernah sama sekali. Alhamdulillah bisa langsung dapat medali," aku Rivaldi.

Bagi Zulqarnain yang lebih dulu mengenal taekwondo, cedera sudah menjadi hal yang biasa. Sehari-hari ketika latihan tak jarang dirinya mendapat cedera ringan seperti keseleo dan terluka akibat tendangan lawan sparring. Maklum saja, taekwondo termasuk salah satu olahraga fisik yang tak pernah lepas dari ancaman cedera akibat tendangan dari lawan.

Namun tidak halnya pada Rivaldi. Karena baru pertama aktif di olahraga keras, anak kedua dari tiga bersaudara ini sempat di tentang oleh orang tuanya. Beruntung keduanya belum pernah mengalami cedera serius.

"Kalau ayah masih mengizinkan saya ikut taekwondo, tapi ibu sempat nggak ngizinin. Soalnya kan olaraga keras, khawatir nantik kalau terjadi apa-apa. Yang kejurnas kemarin, ayah sama kakak ikut nonton tapi ibu nggak iku nonton. Namanya hobi, saya tetap memaksa sampai akhirnya diizinin," ujar Rivaldi.

Karena turnamen ini menjadi ajang adu bakat pertama yang diikuti Rivaldi dan Zulqarnain tak heran jika terselip rasa gugup dan takut sebelum bertanding. Apalagi melihat lawan yang sudah jauh lebih berkopenten dan lebih senior dibandingkan mereka.

Untuk mengatasinya, Rivaldi dan Zulqarnain punya cara mengatasi yang sama. Tepat sebelum bertanding, keduanya kerap saling memotivasi diri dari geraklan-gerakan pemanasan. "Kita siasati dengan saling mendorong dan memotivasi, jangan takut dan jangan memikirkan serangan lawan yang akan datang. Yang penting fokus pada serangan kita kepada lawan," tegasnya.

Di kejurnas tersebut, Rivaldi dan Zulqarnain mengaku banyak mendapatkan pelajaran. Apalagi setelah bertemu lawan yang kemampuannya bervariasi dan datang dari bebagai daerah seperti Surabaya, Medan, Bondowoso hingga Makassar dan Kalimantan. "Senang dan tidak menduga. Kita banyak belajar kemampuan baru dari taekwondoin luar daerah," ujar Zulqarnain.

Namun meskipun sudah jatuh hati dengan taekwondo, Rivaldo tak mengizinkan adiknya untuk mengikuti jejak yang sama. "Cukup saya saja yang jadi taekwondoin, kasihan adik saya yang cewek kalau ikut taekwondo," katanya. (hdi)



Sumber : Jawa Pos Radar Jember, 01 Februari 2017


Disalin Kembali Oleh : (Yn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar