Jumat, 17 Maret 2017

Erina Frataria,Kisah Jatuh Bangun Menjadi Agropreneur Muda

Pasok Makanan Organik ke Pasar Modern hingga Jabodetabek

Berbisnis di bidang pertanian identik dengan resiko tinggi.Erina Freterina,mampu sukses menjalaninya di usia muda,setelah melalui proses jatuh bangun.

ADI FAIZIN,Radar Jember

PAGI itu,kesibukan tampak disebuah rumah sederhana yang ada di Perumahan Graha Permata Indah,Sumbersari,Jember.Dengan ramah,Erina Frataria,sang Pemilik rumah,menerima Jawa Pos Radar Jember untuk berbincang-bincang.Rumah yang juga ia jadikan sebagai kantor itu menjadi salah satu saksi jatuh bangun Erina dalam meniti karier sebagai agropreneur atau pengusaha di bidang pertanian.
"Saya memang sejak kecil berkeinginan menjadi pengusaha.Karena itulah,selepas lulus kuliah,saya memilih untuk bekerja di perusahaan besar,"tutur gadis asal Banyuwangi ini.

Erina menjelaskan,jika ia bekerja di perusahaan besar,maka pengetahuan yang didapatkannya hanya terbatas pada beberapa bagian saja.Selain itu,mimpi untuk memiliki perusahaan besar juga memerlukan jalan yang lebih panjang.Karena itu,selepas lulus dari Jurusan Administrasi Bisnis,FSIP Universitas Jember pada tahun 2010,Erina memilih untuk bekerja disebuah perusahaan peternakan ayam dan produsen telur organik yang berada di Rambipuji,Jember.



Terus Berinovasi Cari Peluang Bisnis


Selama lima tahun,ia mengerjakan berbagai macam pekerjaan di Perusahaan tersebut,mulai dari kasir,sales marketing hingga public relation.Di kemudian hari,pengalaman kerja dari berbagai macam posisi itu,sangat membantu Erina dalam mendapatkan ilmu dan jaringan untuk menjalankan usaha yang ia rintis sendiri.

"Sejak kuliah,saya juga sudah kerja di beberapa tempat,mulai dari guru les sampai dengan kasir.Di perusahaan telur itu,saya juga sering mendapatkan amanat untuk mewakili bos saya dalam berbagai organisasi bisnis di Jember,"tutur anak kedua dari tiga bersaudara ini.

Selain itu,sembari bekerja,Erina juga mulai menjalankan usaha dagang kecil-kecilan dengan seizin atasannya.Setelah merasa mendapatkan pengalaman dan tabungan yang cukup,Pada pertengahan 2015 Erina memberanikan diri untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya demi merintis usaha.Ia memilih pulang kampung ke Glenmore,Banyuwangi untuk memulai usaha dagang sembako bersama seorang teman lainnya.

Teman saya baru pulang dari Jepang ke Banyuwangi.Dia mengajak saya untuk berbisnis,dan kami sepakat untuk usaha bersama,"ujar perempuan kelahiran 8 Mei 1988 ini.
Namun ternyata,usaha yang dijalani Erina tidak semulus Perkiraan dia sebelumnya.Erina yang terbiasa bergerak cepat,tidak selalu bisa seiring sejalan dengan mitra bisnisnya.Karena itu,usaha bersama temannya itu hanya bertahan beberapa bulan saja.Selain itu,pada menjelang akhir 2015,tabungannya harus terkuras untuk melunasi berbagai pengeluaran penting.

"Saya harus melunasi biaya kuliah S2 yang sudah akan wisuda.Pada saat yang hampir bersamaan,Saya juga harus membayar uang muka untuk membeli rumah KPR subsidi ini,"tutur alumnus magister manajemen dari STIE Mandala ini.Ilmu yang didapat dibangku kuliah,menurut Erina cukup bermanfaat baginya cukup merencanakan usaha.Namun yang lebih penting,ia memang ingin menambah jaringan dengan mengambil kuliah bisnis.Akhirnya,dengan sisa tabungan yang ada,Erina tetap berkukuh menjalankan usahanya dikampung halaman.Iklim  usaha di Banyuwangi,dirasakan cukup sulit bagi pengusaha pemula seperti Erina.Usaha penjualan daging dan kebutuhan pokok lain yang ia jalani,memang menuntut banyak perizinan.

"Birokrasi usaha di Banyuwangi,selain berbelit,juga banyak pungli yang memberatkan.Selain itu,di banyuwangi saya juga tidak banyak kenalan seperti di Jember,"ujar putri pasangan(alm)Yohanes Sukidi dan Seh Panglipur Ati ini.

Akhir 2015,dirasakan menjadi masa tersulit dalam hidup Erina.Saat itu,Ibunya yang bekerja sebagai TKW di sebuah keluarga di Hongkong sejak Erina masih kelas 4 SD,Pulang ke Banyuwangi.Saat itu,sebenarnya sang Ibu berencana untuk menetap seterusnya di Banyuwangi.Namun melihat kesulitan usaha yang dialami Erina,membuat sang ibu marah dan akhirnya memilih untuk kembali bekerja di Hongkong."Ibu kecewa melihat saya yang lulusan S2 malah bisnis dan bangkrut.Tapi saat itu saya optimis,bahwa nanti saya pasti akan berhasil,"aku perempuan yang semasa kuliah di Unej aktif di UKM teater dan kerohanian Kristen Protestan itu.

Saking sulitnya keuangan Erina,ia sampai harus menguras tabungan terakhir miliknya disebuah KUD(Koperasi Unit Desa)yang sudah ia tabung sejak masih duduk di bangku sekolah dasar Tetapi optimisme memang susah Erina bangun sejak dini.

"Sejak masih remaja,saya menjuluki diri saya sendiri sebagai Watashi Chan atau singkatan dari Wanita Sejuta Aksi,"ujar penggemar musik dan budaya Jepang ini.Erina memang gemar dengan budaya Jepang karena Masyarakat di Negeri Matahari Terbit itu Identik dengan semangat kerja keras dan pantang menyerah.

Titik balik akhirnya dirasakan Erina pada Awal 2016.Saat itu,Seorang kenalannya yang merupakan politisi ternama di Jakarta,Mengajaknya untuk bertemu dengan terus terang,Erina mengaku kesulitan dana untuk berangkat menemui sang Politisi itu.Tak dinyana,kenalannya itu memberikan uang saku lumayan pada Erina."Saat sulit seperti uang itu sangat berharga bagi saya,Seperti hadiah Natal yang tertunda.Saya gunakan uang itu untuk modal lagi,"tutur Erina.

Sembari kembali bangkit,erina juga dihubungi mantan bosnya untuk diminta menjalankan usaha.Akhirnya dicapai kesepakatan,Erina membantu usaha sang mantan bos sambil dia juga menjalankan usahanya di Jember."Di Jember lebih mudah menjalankan usaha.Banyak kenalan.Juga dalam mengurus perizinan,saya tidak dipungut biaya apa pun,"kata Perempuan yang hobi travelling ini.Erina menuturkan,saat mengurus perizinan di Jember,ia merasa dimudahkan karena para birokrat seperti mengapresiasi usaha dari anak muda seperti dirinya.

Titik terang menghampiri Erina pada pertengahan 2016.Proposal penawaran usaha yang telah ia masukkan ke berbagai pasar modern pada akhir 2015,mulai direspon.Dengan perhitungan usaha yang terinci,Erina mempresentasikan kesanggupan dirinya untuk memasok berbagai macam produk makanan organik ke jaringan minimarket besar di Jawa Timur."Saya harus tampil menyakinkan di depan calon klien.Selain itu,saya juga harus teliti menghitung harga,agar bisa sesuai di tingkat petani sekaligus pasar modern,"tutur Erina.

Memasok dipasar Modern,menurut Erina disyaratkan harus memenuhi serangkaian syarat yang ketat.Beruntung pengalaman kerjanya juga membantu Erina.Memenuhi berbagai keperluan itu,mulai dari uji laboratorium,uji keamanan pangan,pengemasan yang menarik sekaligus tahan lama sekaligus mendapatkan jaringan petani.Ia kini total memasok sekitar 11 produk pangan dengan brand organik."Kalau pasar modern,enaknya pembayarannya lebih pasti dibanding pasar tradisional.Meskipun pembayarannya juga harus menunggu jatuh tempo,tetapi harganya juga lebih bagus,"tutur alumnus SMAN 2 Genteng ini.

Saat ini,Erina telah memasok ke berbagai jaringan minimarket mulai dari Jabodetabek,jawa Timur,Kalimantan,Bali hingga Kupang.Persaingan ketat di dunia bisnis,Juga menuntut Erina untuk terus berinovasi,antara lain mencari peluang jenis pangan yang belum banyak dijual minimarket.Namun,kesibukan berbisnis tidak melupakan Erina terhadap keluarganya.Kini,ia memboyong neneknya di Genteng,Banyuwangi,untuk tinggal bersamanya.

Selain itu,di rumahnya,ia juga merawat kakak laki-lakinya yang berkebutuhan khusus mental."Karena repot juga kalau saya harus bolak balik Banyuwangi-Jember Seperti dulu.Ibu sebenarnya juga ingin saya ajak tinggal bersama,tapi menunggu kontrak kerjanya habis pada januari 2019 nanti,"tutur Erina.

Setelah melihat usaha yang dirintis mulai membuahkan hasil,sang ibu yang semula sempat kecewa ini,kini berbalik bangga.Lewat komunikasi via Whatssapp,sang ibu sering mengungkapkan kebanggaannya itu kepada Erina.Menurut Erina,kunci sukses adalah keberanian untuk bermimpi dan mengejarnya.Selain itu,kunci kesuksesan usaha Erina juga terletak pada kemampuannya untuk memperluas jaringan."saya di Jember ikut beberapa organisasi,mulai dari HIPMI,Komunitas lintas agama,Juga komunitas entrepreneur perempuan,"pungkas Erina.(ad/c1/hdi)

Sumber:Jawa Pos Radar Jemberv 21 Februari 2017

Ditulis oleh:Af

1 komentar:

  1. Omong kosong, mengorder pesanan lewat driver online GRAB saja mengecewakan driver. Sudah tidak spesifik, tidak ada alamat tujuan. Bersikap sinis. UD LAPAR SEHAT benar-benar mengecewakan

    BalasHapus